Powered By Blogger

Minggu, 03 November 2013

DEPRESI PASCA MELAHIRKAN (POSTPARTUM DEPRESSION)

Hamil dan melahirkan adalah sesuatu hal yang sangat luar biasa dan harus disyukuri.  Pengalaman hamil dan melahirkan sangat unik dari setiap individu.  Seperti pengalaman saya adalah pada waktu hamil anak pertama saya tidak mengalami hal-hal yang mengganggu kecuali keluarnya flek pada awal-awal kehamilan, sangat produktif bahkan H-1 saya masih bekerja.  Hamil anak kedua persamaannya adalah keluarnya flek pada awal-awal kehamilan tetapi pada awal kehamilan timbul juga rasa mual dan tidak napsu makan.  Kemudian proses melahirkan kedua anak saya melalui proses operasi SC (sectio caesarean). 
Setelah proses melahirkan anak pertama timbullah rasa tidak nyaman, tidak happy, sedih yang disebut dengan baby blues syndrome saya tidak ingat secara detail , seingat saya hal tersebut berakhir setelah 3 minggu setelah melahirkan.  Proses setelah melahirkan anak kedua lebih parah lagi rasa tidak happy itu sangat besar sampai-sampai suatu waktu saya tidak mau menyusui anak saya ( I was very sorry dede).  Ditambah lagi kelelahan fisik yang sangat luar biasa.  Tetapi pada akhirnya keadaan itu berakhir mungkin sekitar 10 mingguan.
3 Nov 13 ; 5.30 AM (pagi hari)
Pada tulisan pagi hari ini saya ingin berbagi mengenai postpartum depression (depresi paska melahirkan atau depresi setelah melahirkan), pada tulisan ini saya singkat menjadi DPM (depresi paska melahirkan).   Ternyata sebanyak 10% dari ibu-ibu yang melahirkan mengalami keadaan DPM.  Pada waktu proses kehamilan tubuh kita secara otomatis mengalami pengaturan ulang dari hormon-hormon, terkadang terjadinya ketidakseimbangan hormonal.  Pada waktu melahirkan, penurunan kadar hormon estrogen terjadi sebanyak 2000 kali dan penurunan kadar progesterone juga terjadi secara hebat.  Hal-hal ini mencetuskan depresi. Selain itu factor-factor yang berkontribusi terhadap keadaan DPM adalah fisik, emosional dan gaya hidup. DPM ini memiliki perbedaan dengan baby blues syndrome dimana baby blues syndrome hanya berlangsung sebentar dan derajatnya tidak separah DPM).  Yuk kita kenali gejala-gejala dari DPM : menurunnya napsu makan, kesulitan untuk bonding dengan bayi, kelelahan yang berlangsung terus menerus, merasa khawatir dan bersalah tanpa sebab,  mudah tersinggung dan marah, insomnia, kehilangan napsu seksual, mood swing, menarik diri dari kehidupan sosial. 
 
Lalu jika kita mengalami DPM kita harus bagaimana ?
1. Keluarga harus mendukung terutama suami jadi si suami sebaiknya paham keadaan yang terjadi pada pasangannya
2. Konseling kepada professional (dokter, psikolog atau psikiater)
3. Obat Antidepresan, penggunaan obat antidepresan harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu
4. Terapi sulih hormon estrogen dan progesterone
5. Konsumsi Omega-3 (fish oil) yang "pharmaceutical grade" 1000-2000 mg per hari
Jika ada pertanyaan lebih lanjut boleh mengirimkan email ke : laviniasuryadi@hotmail.com
 
Best Health To You
Lavinia Suryadi, MD, M.Biomed, ABAARM